Artikel ini saya dapatkan daripada blog seorang ibu yang mana saya ingin kongsikan mengenai Igauan dalam tidur. Hmm kenapa? Ada sebabnya.
Justru itu bisa jadi alat pemuasan dari perasaannya yang terpendam.
Menjumpai anak batita mengigau mungkin tak asing lagi. Kadang bukan hanya bicara sambil tidur, tapi juga tertawa cekikikan, bahkan sampai jeritan histeris. Yang jelas, menurut Sherly Saragih Turnip, Psi., anak mengigau dalam tidur bukan tak ada alasannya. Sebab, tidur sendiri sebenarnya suatu proses yang tak sesederhana seperti yang kita bayangkan selama ini. Seperti kita ketahui, tidur adalah saat di mana seseorang, entah orang dewasa ataupun anak kecil, istirahat.
Nah, dalam tidur sendiri ternyata ada tahapan-tahapannya.Untuk dapat tidur nyenyak, maka ia harus dapat memasuki tahapan ke-4.
Nah, jika ia mengigau, berarti ia belum masuk dalam tahapan tidur nyenyak, tapi masih di tahap 1 atau 2. Dalam tahapan ini simpul-simpul otak sedang sibuk menguraikan dan membereskan satu per satu simpul-simpul semua kejadian yang dialaminya selama seharian. "Jika semua simpul telah dibereskan atau diluruskan, berarti ia masuk tahapan ke-3 dan di sini ada kemungkinan ia akan bermimpi. Barulah pada tahap ke-4, anak benar-benar telah masuk tahapan tidur nyenyak, tanpa mimpi. Kalau kita bisa tidur dalam tahapan ke-4 ini atau sangat nyenyak, biasanya saat bangun kita akan merasa segar. Begitu juga pada anak batita, ia pasti akan ceria," papar psikolog dari Klinik Anakku Bekasi ini.
Menurut Freud, lanjutnya, bila simpul-simpul di otak tak bisa atau susah untuk dibereskan atau diluruskan, akan muncul saat tidur dalam bentuk igauan. Itu sebab, igauan anak dalam tidur merupakan ungkapan jujur dari diri anak.
TIAP ANAK BERBEDA
Seperti kita ketahui, mengigau sebenarnya bukan monopoli anak batita, orang dewasa pun sering mengalaminya. Namun demikian igauan anak batita dan orang dewasa tetaplah berbeda. Igauan orang dewasa tentunya sudah berupa rentetan kata-kata atau kalimat yang jelas dan mudah dimengerti. Sementara karena kemampuan bicara anak batita masih terbatas, maka igauannya pun bisa saja berupa kata-kata tak bermakna. "Yang namanya mengigau, kan, bukan berbicara saat tidur saja. Mengeluarkan suara tanpa makna sambil tidurnya gelisah dan bergerak-gerak pun sudah termasuk dalam kategori mengigau," terang alumni Fak. Psikologi UI ini.
Selain itu, igauan orang dewasa mengindikasikan suatu keinginan, baik yang sudah kesampaian ataupun belum. Sementara untuk batita, karena pengalaman hidupnya masih sedikit, maka kemampuannya juga belum sampai ke situ.
Alhasil, igauannya masih murni representasi pengalamannya hari itu.
"Walaupun untuk anak-anak juga ada perbedaan lagi. Di usia setahun, biasanya igauannya berupa hasil representasi hari itu yang bersifat fisik.
Jadi, karena dia kecapekan setelah aktif bermain. Nah, sewaktu tidur, karena kondisi fisiknya lemah dan kecapekan, maka simpul-simpul otaknya sulit untuk dibereskan. Akibatnya, simpul-simpul pengalaman hari itu keluar dalam bentuk igauan."
Agaknya inilah yang selalu saya alami. Malah selalu melihat mak saya selalu mengigau.Kecapekan yang membuatkan saya tak mahu tidur. Menakutkan diri sendiri apabila terketar-ketar sehingga memeluk diri sendiri supaya bertenang. Mungkin juga kerana saya gagal menetapkan minda bahawa tidur adalah untuk istirehat.
Sedangkan pada usia 2-3 tahun, penyebab igauannya bukan karena kelelahan semata, melainkan juga bisa dikarenakan pengalaman yang lebih berkesan. Di usia ini kemampuan kognitifnya telah lebih berkembang, hingga bila siangnya habis dimarahiorang tua atau dipukul kakaknya, atau ada kebutuhan yang tak terpenuhi, maka pengalaman ini akan terekspresikan lewat igauannya.
Nah, karena kejadian-kejadian yang dialami anak berbeda-beda, maka igauan anak pun tak bisa seragam. Itulah mengapa, tak hanya berupa bicara yang kita temui sebagai igauan anak, kadang bisa berupa tertawa-tawa atau menangis sedih dan berteriak.
"Mungkin saja siangnya anak tak menangis karena ditahan gara-gara malu atau takut. Nah, dalam igauan, yang keluar adalah kesedihan yang dipendamnya.
Ingat, kan, kalau igauan selalu berupa ekspresi yang jujur dari diri anak?"
Bahkan bisa jadi apa yang keluar dalam igauan pun bisa sangat sedih. "Karena dalam tidur, ia bisa melepaskan semua yang ditahannya.
Namun demikian, hal ini sebenarnya ada sisi positifnya. Dengan mengungkapnya dalam igauan, berarti ada proses pemuasan terhadap kejadian yang tak mengenakkan baginya. "Ia bisa melepaskan apa yang menjadi beban atau ganjalan dalam dirinya. Hingga ia pun bisa merasa plong karena simpul-simpul di otaknya sudah bisa dibereskan. Ia pun bisa bangun dengan lebih fresh."
Sebaliknya, bila dalam pemberesan simpul-simpul di otaknya itu tak terpuaskan, misal, tak menangis walau ia sedih, justru bisa menimbulkan trauma pada dirinya. "Sebab, kesedihan yang ditahan-tahannya akan jadi beban dalam dirinya. Dengan demikian, ia perlu terapi lagi untuk mengatasi traumanya."
TAK BOLEH TERUS-MENERUS
Walaupun igauan wajar adanya, tapi jangan dibiarkan begitu saja kalau terjadi terus-menerus. "Jika tiap hari ia mengigau, maka orang tua harus segera mengevaluasi aktivitas sehari-hari si anak. Adakah kebutuhan anak yang tak terpenuhi atau adakah kejadian tertentu yang membuat trauma anak.
Hal lain, bagaimana kondisi fisik si anak itu sendiri, apakah dalam kondisi fit ataukah memang dia anak yang termasuk cepat lelah?"
Kalau setelah kita cari solusinya tapi anak tetap saja terus-menerus mengigau, saran Sherly, ada baiknya anak dibawa ke dokter ahli saraf atau psikolog. Siapa tahu anak mengalami gangguan biologis atau masalah psikis.
Sebab, kalau tak dicari solusinya, mungkin saja akan timbul implikasi-implikasi psikologis nantinya. Misal, anak jadi penakut, tak berani mengungkapkan pendapat, takbisa mengekspresikan diri, malah ia pun
bisa tumbuh jadi anak yang selalu dihantui ketakutan, tapi tak jelas apa yang ditakutkannya.
Selain itu,dengan ada igauan, berarti tidurnya kurang nyenyak dan itu sama dengan anak kurang mendapat istirahat. "Nah, bagaimana anak bisa tumbuh optimal dan keesokan paginya akan bersikap ceria kalau tidurnya tak nyenyak?
Bukankah tidur merupakan proses menyiapkan diri untuk menghadapi hari baru?"
Kalau anak kurang istirahat, biasanya anak pun jadi sensitif, cepat marah, dan tak bergairah karena mengantuk. Oleh karena itu, terang Sherly, sebaiknya usahakan anak agar jangan mengigau terlalu sering.
Betul soalannya, bagi saya apabila tidur malam saya terganggu, esoknya pagi-pagi lagi ‘mood’ saya hilang. Tak suka bila tengok muka sendiri kat cermin. Dah lah memang tak comel. Masam pulak.
BANGUNKAN ANAK
Selain itu, kalau kita melihat tangisan dalam igauan anak terkesan sedih sekali, bahkan sampai terisak-isak, atau jika marah hingga berteriak histeris, jangan dibiarkan begitu saja. Segera bangunkan si anak. "Tenangkan
si anak dengan cara dipeluk, hingga memberikan rasa aman dan tak membuatnya ketakutan lagi."
Betul-betul, kalau nampak saja sesiapa tidur dalam keadaan mengigau, pegang tangan dia dan tenangkan dia. Kadang-kadang bila takut bila tengok orang mengigau, walhal kita patut bantu dia supaya bertenang.
Namun, anak jangan dulu buru-buru ditanyai atau diinterogasi mengenai penyebab igauannya.Sebab, kata Sherly, anak bisa kebingungan dan tambah takut. "Anak yang bangun dari tidurnya gara-gara menjerit atau kecapekan setelah menangis, tentunya akan tambah takut kalau kita berondong pertanyaan. Sebab, seringkali anak tak ingat akan apa yang diigaukannya."
-------------------------------
Mengigau adalah diluar kawalan minda.
------------------------------
Itulah sebabnya pula, tak guna juga kita bertanya saat ia sedang mengigau dalam tidurnya. "Ia tak bakalan dengar dan tak memahami ada pertanyaan. Jadi, kalaupun ada yang bisa nyambung melakukan tanya jawab dengan orang yang sedang mengigau, itu hanya faktor kebetulan belaka."
Jika ingin mencari tahu latar belakang igauannya,terang Sherly, ada baiknya dilakukan esok hari tapi dengan tenang dan jangan mendesak. Ingat, igauan itu ada yang bisa diingat anak, ada pula yang tak bisa diingatnya.
Oleh :Gazali Solahuddin.
sumber: http://ani-ok.blogspot.com/2006/10/igauan-dalam-tidur-pelampiasan.html
No comments:
Post a Comment